Menikmati Perjaka Remaja Smp

Menikmati Perjaka Remaja Smp - Pagi itu cerah sekali. inilah dimana aku bisa bercerita tentang cerita dewasa terbaru untuk kamu semuanya. Aku bangun dengan tubuh dan perasaan yang benar-benar fresh. Hari ini hari Sabtu, berarti aku libur dari pekerjaanku sebagai seorang sekretaris direksi sebuah dealer mobil mewah di kawasan S, Jakarta. Hari ini aku rencananya akan menghabiskan weekend di rumah sahabatku, V di kota B. Oh ya, namaku *****, teman-teman biasa memanggilku Celyn, umurku saat ini menginjak kepala 3, tapi aku belum


menikah karena masih menikmati hidup tanpa ikatan, tapi bukan berarti aku tidak punya pacar. Pacarku namanya Josh, di kerja di perusahaan trading. Kami sudah menjalin hubungan selama satu setengah tahun. Kok jadi ngomongin diriku ya? (narsis bgt ya?). Anyway, aku segera bangun untuk bersiap-siap. Aku segera menuju kamar mandi. Seperti biasa,aku langsung melepas piyamaku. Setelah tidak ada sehelai benangpun di tubuhku, akupun mulai menggosok gigi. Sambil menggosok gigi, kuperhatikan tubuhku dicermin yang ada dihadapanku. Tubuhku memang montok, apalagi di bagian pinggul karena aku hampir tidak ada waktu untuk fitness, tapi toh aku tidak perduli, aku bahagia dengan tubuhku ini. Sambil menyikat gigi
ku pegang buah dadaku, yang menurutku biasa saja, tapi tidak menurut teman-temanku. Menurut mereka buah dadaku seperti mau tumpah, mungkin karena aku selalu memakai bra yang tidak menutupi semua buah dadaku. Aku terus meraba buah dadaku sambil terus menyikat
gigi, rasanya geli…lama-lama aku justru lebih fokus pada remasan tanganku daripada menyikat gigiku. Akhirnya aku tersadar… kuputuskan menghentikan kegiatan menyenangkan diriku itu
lalu bergegas bersiap-siap.

Setelah memasukkan barang ke H…. J…ku (nanti dikira dapet sponsor), aku segera melaju ke arah tolmenuju B. Sebelum berangkat aku sempat meminta alamat V, dan dia segera mengirim SMS alamat lengkapnya. Bukan sekali ini aku ke kota B, tapi Baru dua minggu yang lalu Vina pindah rumah ke daerah CL, dan aku tidak tahu sama sekali dimana itu. Aku pikir toh nanti bisa tanya sama orang di jalan. Sesampainya di B, aku mulai mengikuti petunjuk SMS V untuk menuju ke rumahnya, tapi…jalanan di kota B ini sangat membingungkan. Setelah berputar-putar aku memutuskan untuk bertanya. Di depanku aku melihat kerumunan anak SMP yang baru pulang sekolah, aku lalu meminggirkan mobilku untuk bertanya pada salah satu dari antara mereka. “Permisi dik, mau tanya alamat ini”, sambil kutunjukkan isi SMS dari V. “Oooh…dari sini lurus terus nanti ada toko CK, tante belok kiri terus belok kanan, nanti belok kanan lagi, terus ambil kiri, terus ada tanjakan belok ke kanan. Naik terus nanti tanya aja lagi sama orang disitu”, dia memberikan penjelasan panjang lebar. Diberi penjelasan seperti itu aku langsung kebingungan, tanpa pikir panjang aku langsung minta tolong padanya. “Aduh, tante bingung nih! Kamu bisa anterin aja ga? Nanti tante kasih ongkos pulang”
kataku. Dia seperti kebingungan. Aku pun berkata, “Tenang ga akan diculik kok”, kataku sambil tersenyum. Dia makin kelihatan kebingungan. “Kalo kamu takut, ajak saja temen kamu”, aku meyakinkannya, karena aku sudah pusing
mencari alamat V. Akhirnya dia setuju dengan syarat boleh mengjak temannya dan diberi ongkos pulang. Dia pun mengajak dua orang temannya. Aku menyuruh salah satu dari mereka untuk
duduk di depan sebagai penunjuk jalan, lagipula aku tidak mau dikira sepagai sopir antar jemput anak sekolahan sad.gif Didalam mobil aku berkenalan dengan
mereka. Yang duduk didepan bernama Fariz, sedangkan dua temannya yang duduk dibelakang bernama Dharma dan Aziz. Dari obrolan kami ku ketahui mereka baru kelas 2 SMP. Selama perjalanan kuperhatikan mereka semua mencuri-curi
pandang tubuhku. Saat itu aku mengenakan tank top biru muda dan hot pants. Yang paling kuperhatikan tentu saja
Fariz karena dia duduk didepan. Setiap kali
kuperhatikan dia langsung membuang
muka, karena takut ketahuan olehku. Umur- umur segitu anak cowok memang memiliki fantasi seks yang luar biasa. Fariz
terus saja mencuri pandang buah dadaku
yang “luber”. Akhirnya kuputuskan kubiarkan saja mereka melihat payudaraku, kupikir sebagai bahan masturasi mereka nanti…

Akhirnya sampai juga kami di rumah V. Vina langsung menyambutku, tapi dengan tatapan heran. “Siapa itu Cel?”, tanyanya.
“Oh..mereka guide”, kataku sambil tersenyum pada mereka. “Masuk dulu yuk!”, ajakku pada mereka. “Ga buru-buru kan?”, tanyaku lagi. Akupun mengambil tas
kecilku. Aku dan Vina masuk mendahului
mereka. Rumah V –menurutku sih villa, bukan rumah- berada didaerah yang elite, sehingga jarak antar tetangga tidak terlalu dekat. Vina juga hidup sendiri, sama seperti aku. Dia editor sebuah majalah wanita. Begitu masuk rumah, Vina langsung menunjukkan kamarku, “kamar lo di atas ya Lyn, yang itu tuh”, katanya sambil
menunjukkan kamarku. Kita ngobrol dibawah yuk, katanya kepada ketiga anak itu sambil turun menuju ruang tamu. Aku pun menuju kamarku, ketika baru teringat bahwa aku lupa membawa tas yang berisi pakaian. Aku pun memanggil Fariz, “Riz, bisa minta tolong ambilkan tas tante yang hitam di mobil?”. Fariz tampak terkejut, “Bisa tante”. “Tau cara bukanya kan?”, tanyaku lagi. “Tau kok!”, jawabnya. Akupun memberikan kunci mobilku kepadanya.
Akupun menuju kamarku. Sesampainya
di kamar, aku langsung menutup pintu dan
menuju kamar mandi, aku sudah tidak tahan menahan pipis sejak di tol tadi.Ketika aku baru mengeluarkan pipisku, tiba-tiba Fariz masuk. Akupun terkejut. Sial, aku lupa mengunci pintu kamar dan lupa
menutup pintu kamar mandi karena sudah
tidak tahan. Fariz tampak terkejut melihatku sedang duduk di toilet, “Ma..maaf tante, saya lupa mengetuk pintu”. Dia terpaku di depan pintu. Cepat-cepat kubilang padanya, “Udah cepet masuk tutup pintunya, tar keliatan orang!”.
Masih kebingungan diapun masuk dan
menutup pintu, matanya masih terpaku
padaku. “Lihat apa kamu?”, tanyaku
menyadarkannya. “Eh..ngga liat apa-apa tan”, katanya sambil membalikkan badan.
Setelah selesai akupun berkata padanya, “Maaf ya, tante lupa kunci pintu”. “Ng…ga pa pa tan, saya keluar dulu”, katanya. Busyet polos amat anak ini, pikirku. Tiba-tiba muncul niat isengku, melihatku pipis saja sudah kebingungan bagaimana kalo
melihatku bugil? “Riz, tante bisa minta
tolong lagi ga?”, pertanyaanku menghentikan langkahnya. “Bi..bisa tan”, rupanya dia masih shock. “Tolong pijitin tante dong, tante pegel nih nyetir dari J”, tanyaku. Rupanya permintaanku ini lebih mengagetkannya. Niat isengku semakin
menjadi-jadi. “Nanti tante tambahin deh ongkosnya”, tambaolhku lagi. Rupanya kata-kataku yang terakhir ini membuat dia tersadar. “Bo..boleh deh tan”, katanya. Aku pun memanggil V untuk meminta lotion
untuk membalur tubuhku. “Maungapain lo?”, tanya Vina setengah berbisik kepadaku. “Mau tau aja”, kataku kepadanya. Vina yang merupakan
petualang seks sejati langsung mengerti
maksudku. “Bisa aja lo cari variasi”,
katanya lagi. “Bisa ikutan dong?”,
tanyanya. “Tuh masih ada dua lagi”, kataku sambil menunjuk Dharma dan Aziz. “Wah cerita baru buatblog gue nih”, katanya
bersemangat. Diapun memberikan lotion kepadaku. Akupun menutup pintu tanpa kukunci, toh tidak ada siapa-siapa selain
kami berlima dirumah ini. “Nih lotionnya”, kataku sambil menyerahkan lotion kepada Fariz. Akupun menuju kamar mandi, lalu keluar lagi dengan hanya mengenakan handuk. Aku telah melepaskan semua pakaian dalamku. Perasaan ini mulai membuatku bergairah. Fariz tampak terkejut melihatku, karena handuk yang kukenakan benar-benar hanya menutupi payudara dan kemaluanku saja. Aku pun berbaring telungkup di tempat tidur dan menurunkan handukku sehingga hanya menutupi bagian pantatku. “Ayo..tunggu apa lagi”, kataku kepada Fariz yang tampak tertegun melihat tubuhku yang hampir telanjang. Diapun duduk disebelahku dan mulai menuang lotion ke atas punggungku. Fariz pun mulai memijitku. Aku berusaha memulai pembicaraan untuk memecah kesunyian. “Kamu sekarang kelas 2 SMP ya. Udah punya pacar?”, tanyaku. “Be..belum tan”, jawabnya gugup. “Kamu kok grogi gitu? Belum pernah mijit cewek ya?”, tanyaku jahil. “Be..belum pernah tan”, jawabnya singkat. “Udah..kamu pijit kaki tante aja, soal pegal”. Farizpun mulai memijit kakiku. “Agak keatas sedikit Riz”, kataku sambil mengarahkan tangannya ke pahaku. Dia tampak semakin gugup. Pijatan didekat daerah kemaluanku membuatku secaratidak sadar melebarkan pahaku, menurutku Fariz dapat melihat bulu kemaluanku yang tidak terlalu lebat itu. “Tapi kamu pernah masturbasi kan?”, kataku mulai memancing. “Mmm….”, dia terdiam. “Ga mungkinlah seumuran kamu belum pernah masturbasi”, kataku lagi.
“Pernah tan”, jawabnya pelan. Kamipun terdiam. “Agak keatas lagi Riz”. Farizpun memijit dekat pantatku. “Udah pernah ML?”, kataku makin tak tahan. “Be..belum tan”. Wah perjaka batinku. Aku pun menarik handuk yang menutupi pantatku sehingga kini aku benar-benar bugil.
Fariz benar-benar terkejut. “Sekarang pijitin pantatvtante aja, dari tante duduk nyetir terus”. Farizpun mulai memijit pantatku yang montok bersih itu. Akupun
makin lama makin melebarkan kedua
pahaku. “Riz…”. “Iya tan”. “Kamu mau pegang ‘itu’ tante?”, tanyaku nakal. “Pegang aja Riz, ga pa pa kok”, pancingku lagi. Fariz memindahlan tangannya dari pantatku kea rah kemaluanku. Dia mulai memegang bulu
kemaluanku. Nafsuku makin tidak tertahan. “Gerakin tanganmu maju mundur Riz”, kataku mengarahkan. Arizpun mulai
menggerakkan tangannya di atas kemaluanku. Gesekan antara tangannya dan bulu kemaluannya makin membuat
vaginaku basah. Akupun sedikit menunggingkan badanku untuk mempermudah tangan Fariz bermain di atas kemaluanku. “Masukin jari tengah
kamu Riz”, pintaku setengah memohon.
Farizpun mulai mengerti jalannya permainan ini. Dia mulai memasukkan
jari tengahnya kedalan vaginaku sambil terus menggosok-gosoknya. Sentuhan tangannya sesekali menyentuh klitorisku, dan itu makin membuatku bernafsu.
Suaraku makin lama makin meracau karena keenakan. “Iya Riz..yang itu. Gosok
‘itu’ tante Riz”. “Yang mana tante?”, katanya polos. Akupun tersadar, dia masih terlalu polos. Lalu aku membalikkan tubuhku, sehingga Fariz kini dapat melihat seluruh rubuhku yangtelah bugil dengan leluasa.
“Kamu mau pegang payudara tante?”, tanyaku sambil memgang kedua tangannya dan mengarahkannya ke kedua payudaraku. Aku meremas tangannya
sehingga tangannya itu meremas kedua buah dadaku. Setelah meremas- remas buah dadaku, aku pun menarik kepala
Fariz dan mengarahkannya ke dadaku. Diapun mulai menjilati putingku, mataku terpejam akupun makin mendesah tidak karuan. “Oouuh…aaahh…euuhhh…”, aku mulai liar. Tanganku tidak tinggal diam. Aku mulai meraba celana Fariz dan memegang kemaluannya yang aku yakin sudah tegang daritadi. Tanganku menarik
retsletingnya dan mengeluarkan kemaluannya. Tidak terlalu besar, hanya
sedikit lebih panjang dari genggamanku, mungkin karena ia masih kelas 2 SMP. Tanganku mulai memainkan kejantannya, aku mulai mengocoknya. Akhirnya aku berhenti. Akupun duduk dan mulai melucuti seragam Fariz. Kulihat badannya yang masih polos itu. Kemaluannya baru
sedikit ditubuhi bulu- bulu halus. Aku
menyuruhnya terlentang. Akupun mulai melakukan oral kepadanya dalam posisi
berlutut. “Hmmph…mmph…mmphh”, suara mulutku yang sedang mengulum batang kemaluannya sambil tanganku memainkan kedua bolanya. “Aahhhh…ahhhh…enak tan”, Fariz berteriak keenakan. Fariz merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Tangannya kini memainkan buah
dadaku. Sesekali aku berhanti mengulum
batang kejantanannya untuk menikmati
remasan tangan Fariz. Tangan kiriku kini beralih memainkan klitorisku. Aku benar benar menikmati semua ini. Tiba-tiba Fariz
berteriak, “Aa..aa..aaahhhhh, geli banget tan. Aaahh..aaahh…aaahhh… ma..ma..mau
kkkelluuaaarrr”, aku makin mempercepat
mulutku dan makin menghisap kuat-kuat
batang kejantannya. Tidak berapa lama….. “AAAAHHHHHHH…AAAHHHHHH AAAAHHHHHH”, Fariz mengeluarkan cairan spermanya didalam mulutku. Aku sempat terkejut, karena banyak sekali cairan sperma yang dikeluarkan anak
kelas 2 SMP ini. Tapi itu kupikir karena jarang sekali bermasturbasi. Sperma yang telah dikeluar didalam mulutku ku keluarkan lagi ke atas batang kemaluannya, hanya untuk kuhisap lagi. Fariz terlihat begitu menikmati oral seks ini. Akhirnya kutelan semua sperma Fariz, dan kuhisap lagi kemaluannya untuk membersihakan sisa- sisa spermanya. “Enak Riz?”, tanyaku
puas. “Enak banget tante. Beda ya sama
masturbasi”, jawabnya polos.

Aku hanya tertawa sambil menjawab, “ada
yang lebih enak, mau?”. Akupun mulai
mengulum kembali batang kejantanan Fariz yang telah terkulai. Aku sengaja melakukan oral terlebih dahulu kepada
Fariz, supaya nanti saat permainan utama dia tidak cepat ‘keluar’. Pelan-pelan aku mulai menjilati kemaluannya. Posisi Fariz kini tiduran kembali dengan kedua kaki diangkat, sehingga kepalaku berada
dikedua pahanya. Jilatanku mulai berubah menjadi kuluman. Semakin lama semakin
cepat, akupun mulai memperkuat hisapanku pada kepala penisnya. Sesekali paha Fariz menjepit kepalaku menahan rasa geli di penisnya. Ketika penis fariz telah berdiri lagi aku menghentikan oralku.
“Eh..kenapa tante?”, tanyanya heran. “Gantian dong, masa kamu aja yang enak?!”, kataku. “Maksudnya?”. Akupun mulai berbaring dan menarik Fariz ke pelukanku. Akupun mulai menciumnya.
Mula-mula dia seperti risih, tetapi permainan lidahku mulai mengajarinya untuk berciuman. Kami terus berpelukan sambil berciuman, sesekali penisnya menyentuh klitorisku dan ini membuatku makin menggila. Puas berciuman aku
mengarahkan kepalanya ke bauah dadaku. Kini Fariz telah tahu apa yang harus dilakukan. Nafsuku makin tak tertahan. Aku mengangkat kepala Fariz, “Riz, jilatin ‘itu’ tante”. “Yang mana tante?”. Aku mengambil posisi bersandar pada pinggiran tempat tidur. Kutekuk pahaku dan kubuka lebar-lebar pahaku. Kedua tanganku memegang vaginaku, jari-jariku menyisir bulu kemaluan. Setelah terlihat jelas kemaluanku yang telah basah dari tadi, kutunjukan klitorisku dengan kedua jari telunjuk. “Yang itu Riz, jilatin ‘itu’
tante”, pintaku setengah memelas. “Yang ini tante?”, katanya sambil menyentuh klitorisku. Sontak aku menggelinjang,
sentuhan tangan Fariz pada klitorisku membuat tubuhku seperti melayang.
Dia tampaknya menikmati hal ini.
“Yang ini ya?”, tanyanya lagi sambil mulai
memainkan klitorisku. “Aaaahhhh…ii..iiyyaaa… yang itu. Ka..kha..kamu
nakal ya”, kataku mulai terengah-engah.
“Aaaahhhh… oouuuhh….uuuhhhhh….jilatin
aja Riz”, kataku tak tahan sambil menurunkan kepalanya kekemaluanku. Fariz mulai menjilati vaginaku, mula-mula
meras aneh, mungkin karena aroma khas
vagina yang telah basah. Akupun makin
melebarkan pahaku, sambil tanganku
membuka vaginaku agar tampak klitorisku
oleh Fariz.

“Jilatin yang ini Riz”, kataku sambil
menunjukkan letak klitoris. Fariz mulai menjilati klitorisku dengan lidahnya. Akupun memegang kepalanya dan menggerakkan kepala Fariz naik turun
di atas klitorisku. Gerakan lidah Fariz yang
kasar menari diatas klitorisku membuatku
hampir mencapai orgasme. Cepat-cepat kuangkat kepala Fariz dan kutarik badannya kearahku. Dengan tisak sabar
kupegang batang kemaluannya yang telah
keras kembali, kuarahkan ke vaginaku.
Cllep…bleessshhh… penisnya langsung
masuk kedalam vaginaku yang sudah
semakin basah. “Aaaaahhhh…”, teriakku.
Aku mulai memegang pinggang fariz dan
menggerakkannya maju mundur. Plok..plok..plookk…cloopps clooppss….suara
selangkangan kami beradu ditengah semakin banjirnya cairan vaginaku. “Ooooohhh…aaahhhhh aaahhh…..aaahhh….aaaa..aaaaa….aaaahhhh… terus Riz…eennaaak”, teriakku. Aku mulai manarik-narik rambutnya, sambil sesekali kuciumi Fariz dengan brutal.
“Hmmmppph..hmmmpp.....aahhhh..hmmpphh…ooohhh….ohhh....yyeesss..hmmmppphhhh”.
Kakiku kini melingkari pinggang Fariz agar
penisnya bisa masuk sedalam-dalamnya
kedalam vaginaku. Tubuhnya menempel
dengan tubuhku, kamipun bermandikan
keringat. Sensasi bersetubuh dengan
bocah polos yang masih perjaka ini benar-benar membuatku bernafsu. Tangan Fariz mulai memainkan kembali buah dadaku. Tidak berapa lama aku merubah posisi. Aku
berjongkok di atas Fariz. Ku pegang penisnya dan kumasukkan kedalam
vaginaku. Plok..plok..plok..vaginaku
berbunyi karena sangat basah. Kugoyangkan badanku maju mundur, penis
Fariz melesak penuh kedalamku. Goyangan ini makin menggesek klitorisku.
“Aaahhhhh...ooouuuhhhhh….eenaaaakkkkkk”. Aku tahu sebentar lagi fariz akan ejakulasi yang kedua, sehingga aku marubah posisiku menjadi “doggy style”.
Tubuhku bersandar pada sandaran tempat
tidur. Fariz tanpa permisi langsung
memasukkan penisnya dengan tidak sabar.
“Ah!” jeritku. Fariz makin tidak
sabaran. Dia terus memompa vaginaku
dengan batangnya, batang yang baru sekali
ini merasakan nikmatnya dunia. Dia
terus menggerakkan tubuhnya maju mundur, makin lama makin
cepat, sambil tangannya memegang pinggulku. “Ah..ah..ah…teerrruuus
Riz….terruuusss…..aaaaahhhh”. “Tan, Faarriizz maau kke…..lluaarr….giimaannaa
nihhhh…..aahhhh…ahhh?”. “Ahhh…aahhh…kkee… ahh…keeluaarinn aja Riz…
aahhhhh”. Plok..plook…clooppss….cloppss…. Akupun mulai bersiap
meneriam muntahan sperma fariz didalam
vaginaku, akupun mulai mencapai orgasme yang sejak tadi kutahan. “Aahhhhh…
tteerrruuussss Rizzzzz…tante
ju….Ah!..ga mau keeluuuarrr……aaahhhhh…terusss”. Fariz terus mempercepat kocokan penisnya di dalam
vaginaku. “aahhahhh..AAAAHHHHHHHHH….!!!!”
Fariz memuntahkan seluruh spermanya didalam vaginaku. Kurasakan semprotan
kuatnya di dinding vaginaku, seperti
dikejutkan oleh sengatan listrik.
Vaginaku langsung terasa hangat dan basah oleh cairan spermanya, tapi aku
tidak menghentikan goyangannya. Tidak
berapa lama….“Oh…oh…oh…
ah..ah..ah..ah..ah..AAAAHHHHHHH!!!!”,
akupun berteriak karena orgasme. Vaginaku makin basah oleh karena cairan kami berdua. Aku tidak membiarkan Fariz
melepaskan penisnya dari vaginaku, sambil
menggoyang- goyangkan pinggulku.
“Gimana Riz, lebih enak dari yang tadi kan?”, tanyaku.
“He..he..he..iya tan, jauh lebih enak”, jawabnya sambil mengikuti goyangan pinggulku. Bersamaan dengan mengecilnya penis Fariz, keluar jugalah cairan spermanya dari dalam vaginaku. Cairan sperma itu langsung menempel
pada kami berdua. Aku langsung berbalik dan menghisap cairan sperma yang ada pada penis Fariz. Sambil merasa kegelian
Farisz berkata, “Makasih ya tan, ga rugi
nganterin tante”. “Aku juga ga rugi dianterin kamu”, jawabku singkat lalu
kembali mengulum penis Fariz.
Setelah penis Fariz bersih dari sperma
kamipun berbaring terlentang tanpa
pakaian.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menikmati Perjaka Remaja Smp "

Posting Komentar